#JADILAHPERUBAHA

English - Bahasa Indonesian - Bahasa Malaysian

Apa kesamaan dari produk elektronik, fashion, kecantikan, barang mewah, produk olahraga, film, perangkat lunak, permainan, dan mainan? Versi palsu dan bajakan semuanya dijual lebih dari sebelumnya. Konsumen, pencipta, dan bisnis semuanya menderita, jadi apa yang dapat Anda lakukan?

Konsumen memiliki kekuatan untuk melawan semua itu dengan memilih untuk mendukung kreativitas dan mengutamakan kualitas. Jangan beli yang palsu, beli yang asli. #JADILAHPERUBAHA

Internet, ponsel pintar, dan pertumbuhan e-commerce telah melahirkan segala bentuk tren positif. Peningkatan penjualan disambut baik oleh pengecer sementara akses 24/7 ke toko dan merek online favorit kini bisa dinikmati oleh para konsumen.

Namun semua ini juga telah menyebabkan pertumbuhan besar dalam proliferasi barang palsu dan reproduksi ilegal konten digital di seluruh dunia, termasuk Asia Tenggara, yang bahkan beberapa negaranya merupakan sumber utama transaksi barang palsu yang dibeli secara online1. Derajat masalah disorot dalam laporan

1 Misuse of E-Commerce for Trade in Counterfeits’ disajikan oleh OECD bersama European Union Intellectual Property Office (EUIPO) tahun 2021

OCED-EUIPO2, yang menunjukkan bahwa pada tahun 2021 perdagangan barang palsu dan konten digital bajakan telah meningkat menjadi 3,3% dari perdagangan dunia.

2 Global Trade in Fakes’ disajikan oleh OECD bersama European Union Intellectual Property Office (EUIPO) tahun 2021

Perlindungan dan penegakan hak kekayaan intelektual (HAKI) yang tepat memegang jawaban untuk membalikkan fenomena yang mengkhawatirkan ini, selain itu akan berdampak pula dalam memahami penyebab dan meningkatkan kesadaran berkaitan dengan efek dan ancamannya.

Peningkatan yang signifikan terhadap pelanggaran HAKI telah difasilitasi secara khusus berkat adanya teknologi digital yang memungkinkan pembuatan barang dengan biaya rendah namun relatif berkualitas tinggi dalam kuantitas yang besar. Di UE saja misalnya, diperkirakan merugi sekitar € 8 miliar dari total PDBnya setiap tahun karena pemalsuan dan pembajakan. Dorongan untuk melindungi HAKI meningkat di masyarakat luas dan akhirnya standar hidup masyarakat yang terkena dampak negatif.

Lagi pula, menyusutnya bisnis dan perdagangan yang legal dan kena pajak mengakibatkan berkurangnya pendapatan pemerintah untuk layanan publik seperti pendidikan dan perawatan kesehatan.

Di Asia Tenggara, dampak dari tren global ini juga dapat dirasakan dan hal ini disebabkan oleh beberapa faktor penting.

Infrastruktur kekayaan intelektual yang efisien dan ditegakkan secara efektif diperlukan untuk memastikan investasi dalam inovasi tidak tertunda di kawasan tersebut terhadap maraknya pembajakan dan menghindari pelanggaran HAKI skala komersial yang mengakibatkan kerugian ekonomi.

Selain merek-merek besar, UKM yang membentuk perekonomian lokal juga rusak. Mempertahankan desain, merek dagang, atau hak cipta mereka semakin sulit karena mereka sering kali tidak memiliki keahlian hukum internal untuk menentang pelanggaran yang membuat kebutuhan akan penegakan yang efektif dari pihak berwenang semakin jelas

Kurangnya kesadaran di antara konsumen tentang risiko yang terlibat juga bertanggung jawab atas meningkatnya pelanggaran. COVID-19 telah mempercepat perkembangan baru yang memicu kebiasaan dan perilaku konsumen baru yang memperumit pelancakan dan penghentian penyebaran produk palsu. Pembatasan kegiatan dan bekerja dari rumah membuat konsumen semakin beralih ke pengiriman online. Peningkatan besar dalam paket-paket kecil yang dikirimkan oleh kurir telah membuat tugas untuk memeriksa semuanya menjadi tidak mungkin bagi pihak berwenang yang bertanggung jawab. Kondisi ini menciptakan lingkungan yang sempurna bagi penjual non-regulasi yang alih-alih menggunakan pengiriman besar untuk melakukan perdagangan barang palsu namun dalam paket-paket kecil. Sebagai indikasi derajat masalah, laporan Komisi Eropa tentang penegakan hak kekayaan intelektual bea cukai UE menunjukkan bahwa lalu lintas kurir dan pos menyumbang 84% dari seluruh penahanan barang palsu secara umum di UE.

Inovasi dan kreativitas adalah landasan ekonomi modern dan barang palsu serta konten bajakan menyedot pendapatan yang seharusnya diperoleh secara adil oleh pemilik yang sah. Membiarkan pemalsuan berkembang akan menghalangi inovasi yang memungkinkan pada perekonomian di wilayah yang sama guna mendapatkan keunggulan kompetitif. Tetapi tidak hanya pemilik hak kekayaan intelektual yang menderita pelanggaran. Kualitas barang palsu cenderung lebih rendah, artinya konsumen juga merugi. Pelanggaran konten juga dapat membuat pembuat konten tidak dapat terus memproduksi materi baru, sehingga mengurangi penawaran konten secara online.

Di luar masalah kualitas dan pilihan, risiko kesehatan juga menjadi perhatian nyata. Sebut saja kosmetik palsu. Dengan industri yang bernilai lebih dari $500 miliar secara global dan terus meningkat, sektor ini jelas sedang meledak dan banyak perusahaan legal telah mendapatkan kepercayaan dari konsumen yang dengan senang hati membayar biaya tertentu demi citra personal mereka dengan membeli suatu merek. Namun, apakah akan banyak konsumen yang bersedia membayar harga ini jika mereka sadar bahwa mereka tidak akan selalu mendapatkan produk asli melainkan versi palsu? Bagaimana jika biaya sebenarnya dari beberapa produk tidak hanya biaya finansial dan kesehatan atau kesejahteraan mereka namun juga harus membayar tagihan?

Kosmetik dan produk kecantikan palsu mencari keuntungan dari merek terkenal, yang merek dagangnya telah terdaftar menurut undang-undang kekayaan intelektual. Hal ini dapat dicapai dengan meniru logo atau nama merek serta kemasan untuk menipu konsumen. Tetapi perbedaan tidak berhenti di situ. Produk-produk ini, yang tidak menjalani proses regulasi yang sama dengan produk asli untuk memastikan kepatuhan terhadap standar keamanan dan produk, bisa jadi kualitasnya berada di bawah standar dan bahkan mengandung zat berbahaya. Konsumen dapat dengan lugunya membeli produk tertentu dalam upaya untuk melindungi kulit mereka misalnya, tetapi pada kenyataannya, mereka dapat menyebabkan kerusakan permanen pada diri mereka sendiri.

Masyarakat dan konsumen dapat berperan untuk memerangi pemalsuan dan pelanggaran konten. Langkah-langkah dasar seperti memeriksa asal produk atau mencari stempel bantuan pihak berwenang, seperti halnya kesadaran yang lebih besar akan keberadaan produk-produk ini. Saat mendukung karya artis dan pembuat konten favorit Anda, pastikan Anda mengikuti akun resmi mereka dan mencoba untuk menghindari berbagi konten jika Anda tidak yakin dengan asal dan keasliannya. Mari terus dukung ide-ide besar, cemerlang, dan berani. Jangan beli yang palsu, beli yang asli. #JADILAHPERUBAHAN